Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan

Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan - Hallo sahabat Beternak Ikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan
link : Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan

Baca juga


Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan

Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan


Tanpa kita sadari, sebagian serangga air sebenarnya merupakan predator benih ikan yang tidak kalah berbahayanya. Meskipun berukuran kecil, serangga air umumnya memiliki populasi yang besar di kolam benih atau kolam pendederan, sehingga menimbulkan ancaman kerugian yang tidak kecil bagi usaha pembenihan dan pendederan ikan. Terutama jika pembenih ikan tidak menyadari kehadiran serangga air ini di kolamnya.

Umumnya, serangga air yang menjadi predator benih ikan adalah yang salah satu fase hidupnya (biasanya fase larva) di dalam airĂ¢€"selanjutnya setelah post larva (serangga muda) dan kemudian menjadi dewasa hidup di darat. Pada fase dewasa, serangga tersebut bukan lagi predator langsung benih ikan, Beberapa jenis serangga air yang menjadi predator benih mematikan adalah ucrit; kini-kini; notonecta dan lintah.



1. KINI-KINI (LARVA CAPUNG)
Capung atau papatong (Sunda), kinjeng atau coblang (Jawa) pada fase larva merupakan predator benih ikan yang sangat ganas. Larva capung menjadi momok usaha pembenihan ikan di beberapa daerah sentra perikanan budidaya. Larva capung memiliki nama lokal yang sangat beragam, misalnya di Sumatera Barat disebut: sipasin, anak sipatuang; di

Sumatera Utara disebut anakni siri-siri. Sementara di Jawa Barat populer disebut kini-kini. Nama umumnya adalah dragonfly larvae.

Capung ini termasuk kelas Insekta dari ordo Odonata dan subordo Epiprocta. Ada banyak suku dari capung ini, yaitu Austropetaliidae Cordulegastridae; Corduliidae; Gomphidae; Libellulidae; Macromiidae; dan Neopetaliidae. Secara umum masyarakat kita mengelompokkannya ke dalam dua kelompok besar yaitu capung (sibar-sibar) dan capung jarum.


Sistematika lengkapnya adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Sub ordo: Epiprocta
Famili: Aeshnidea
Genus: Anisoptera (capung); Zygoptera (capung jarum)


Capung dan capung jarum dapat dibedakan dengan mudah. Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen (badan) yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Kedua jenis serangga ini hidup dekat air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya.


Capung dan capung jarum menyebar luas, di hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl (dari permukaan laut).

Kehidupan capung tidak pernah jauh dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir antara 1 - 3 cm.

Telurnya tidak begitu kentara namun jika dipegang terasa licin di tangan. Dalam waktu 2 hari biasanya telur sudah menetas. Setelah menetas, larva meninggalkan cangkang berlendirnya yang berada di permukaan air dan hidup melayang-layang dalam air.

Untuk menjamin kelangsungan hidup telur dan anakannya, capung meletakkan telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak tercemar racun yang mematikan. Selain itu, mereka sepertinya punya insting untuk meletakkan telurnya di lokasi yang banyak tersedia makanan. Sehingga tidak heran bila telur-telur capung banyak ditemukan di areal persawahan yang banyak serangga airnya dan juga perkolaman yang banyak benih ikannya.

Setelah menetas, larva (tempayak) dan nimfa (post larva) capung (yang disebut kini-kini) hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung adalah di dalam air.

Menjelang metamorfosis, kini-kini dengan panjang total 2 - 3 cm mulai memanjat tonggak-tonggak kayu atau pematang kolam yang tak jauh dari permukaan air. Metamorfosis didahului terbukanya kulit atau cangkang di sekitar pangkal sayap atau tengkuknya.

Selanjutnya kepala muncul secara perlahan-lahan. Seterusnya badan dan bagian ekor akan menyusul sehingga seluruh tubuhnya keluar, termasuk kaki dan sayapnya.


Ciri morfologis
Meski menjadi momok usaha pembenihan ikan, namun sampai saat ini belum banyak literatur yang membahas secara mendetail kehidupan kini-kini serta sepak terjangnya dalam memangsa benih ikan. Ciri-dri morfologis kini-kini pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Badannya beruas-ruas dan memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas.
2. Memiliki satu pasang mata dan satu pasang antena di kepala.
3. Warna badan kecokelatan dan hitam.
4. Memiliki dua pasang sayap yang tumbuh Setelah ukuran tubuh mencapai 1,5 cm.
5. Memiliki rahang seperti gayung atau sabit bergerigi yang berfungsi sebagai tangan untuk memotong mangsa.

6. Bentuk perut oval dan jika dilihat dari bawah permukaan perut terlihat lebih rata, jika dilihat dari atas tampak lebih tajam dan berbentuk segitiga.
7. Perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh kira-kira 2 : 1 atau 3 : 1.


Sifat biologis
Sifat biologis kini-kini yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan sebagai berikut :
1. Kini-kini menghabiskan masa hidupnya di dalam air sejak dari telur, menetas menjadi larva (kini-kini) hingga mencapai panjang 2 cm. Setelah itu bermetamorfosa menjadi nimfa dan selanjutnya akan melepaskan diri dari kulit (karapas) menjadi anak capung. Setelah periode ini masa hidupnya pun beralih ke darat.

2. Kini-kini bernafas di dalam air menggunakan insang internal.
3. Kini-kini dan nimfa mampu hidup di luar air apabila ditaruh di darat berjam-jam lamanya.
4. Memiliki kemampuan berenang yang tergolong cepat yang digerakkan oleh alat renang yang berada di bagian ujung ekornya.
5. Suka bersembunyi pada akar atau tanaman air serta lumpur berlumut di dasar bak atau kolam.
6. Dapat juga menempel dengan cengkeraman kakinya pada dinding kolam atau kayu-kayu tegak sambil mengintai benih ikan yang mendekatinya.
7. Memangsa benih ikan dengan cara menyergap secepat kilat dengan tangannya.
8. Memiliki sifat membunuh sesamanya (kanibal).
9. Suka berjingkrak-jingkrak dengan mengangkat bagian perutnya.


Jenis Kini-kini
Secara umum dari pengamatan di lapangan menunjukkan ada beberapa jenis capung yang kini-kininya menjadi ancaman serius bagi benih ikan.

- Jenis 1. Jenis ini tergolong paling banyak ditemukan. Berasal dari induk-induk capung yang beraneka warna seperti kuning, merah, cokelat dan biru. Larva capung ini memiliki mata dengan posisi tepat di kiri-kanan bagian atas kepalanya. Bentuk kepalanya mirip segitiga meruncing ke bawah jika dilihat dari depan. Warna dominan tubuhnya agak kuning-kecokelatan. Pembeda lainnya adalah rahang yang dapat berfungsi sebagai tangan untuk menangkap dan memotong mangsa. Bentuknya mirip gayung air.

-Jenis 2. Jenis kedua ini tergolong sering ditemukan saat pengeringan dan panen benih ikan dalam kolam. Namun jenis yang ditemui tidak sebanyak jumlah jenis pertama. Berasal dari induk yang memiliki mata dengan posisi di bagian depan kiri-kanan kepala dan bentuknya menyerupai tanduk yang baru menyembul. Posisi matanya berbeda sekali dibandingkan dengan jenis pertama. Warna dominan tubuhnya agak kuning-kecokelatan. Pembeda dengan jenis pertama adalah ukuran tubuhnya lebih besar serta kaki-kakinya lebih panjang. Selain itu, memiliki rahang kuat yang berfungsi sebagai tangan dan pemotong mangsa dengan bentuk mirip sabit bergerigi.

- Jenis 3. Kini-kini jenis ketiga ini tergolong jarang ditemukan. Merupakan larva dari capung berwarna belang hijau-kehitaman. Larva capung ini memiliki mata yang relatif kecil. Posisinya di tepi kiri-kanan kepalanya. Bentuk badannya lebih kecil dan lebih keras dibanding dengan jenis pertama dan kedua. Selain itu, memiliki warna badan dominan hitam dan posisi kaki tidak mengangkang, tetapi melipat seukuran badannya. Bila dibanding dengan jenis pertama dan kedua, jenis ketiga ini tidak memiliki rahang untuk menangkap dan memotong mangsanya, sehingga efeknya bagi hasil produksi benih tidak terlalu merugikan

- Jenis 4. Kini-kini jenis ini tergolong jarang ditemukan. Merupakan larva dari capung yang badannya lebih kecil dan ukurannya 0,25 kali ukuran tubuh capung jenis pertama, kedua dan ketiga. Memiliki mata yang tergolong besar jika dibandingkan dengan besar kepalanya. Bentuk badannya kecil memanjang dengan perbandingan panjang total dan lebar total badannya adalah 13 : 1. Warna badannya cokelat kekuning-kuningan.

Kebiasaan Memangsa
Kini-kini yang berukuran besar dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Kini-kini memangsa benih ikan dengan jalan mengisap darah benih ikan.
Sebagai pernangsa, kini-kini dilengkapi alat khusus berupa rahang yang kuat dan besar serta "tangan" yang digunakan untuk memotong mangsanya. Mangsa dipotong agar mudah dimakan dengan cepat. Pergerakan kini-kini sangat cepat karena dilengkapi tangan dan kaki serta alat bantu renang yang terdapat di bagian ekornya. Selain itu, kini-kini bisa juga melakukan penyamaran dengan bersembunyi di dasar kolam maupun di dinding bak atau pematang dengan jalan menempel pada tanaman air atau benda lain seperti ranting kayu/tanaman air yang ada kolam.

Kini-kini mulai memangsa benih ikan sejak ukuran panjang badannya 5 mm. Kini-kini menjadi lebih ganas jika ukuran panjang total badannya sudah mencapai 1,5 - 2,0 cm hingga menjelang masa metamorfosis menjadi anak capung. Keganasannya ini dipengaruhi oleh daya renangnya, daya cengkeramannya dan ukuran tubuhnya yang semakin besar sehingga mampu melumpuhkan benih ikan dalam jumlah lebih banyak.

Benih yang lebih mudah dimangsa adalah larva ikan yang masih berusia muda di bawah 1 bulan. Dari pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa benih ikan mas merupakan mangsa favorit kini-kini. Benih ikan nila jarang dimangsa kini-kini karena memiliki duri dan sisik yang keras serta pergerakan yang lincah.

Umumnya ikan-ikan yang memiliki pertumbuhan lambat seperti benih qurami atau benih ikan yang tidak dipelihra dengan baik,tidak dibarengi dengan pemberian pakan intensif (sehingga pertumbuhannya lambat), menjadi mangsa empuk kini-kini. Selain itu, besar kecilnya kolam juga memberi andil. Kolam yang lebih sempit memudahkan kini-kini untuk melakukan pemangsaan. Kini-kini bahkan masih memangsa benih ikan yang ditampung di baskom saat panen. Jika saat panen di antara benih terdapat kini-kini, predator ini harus segera ditangkap dan dimusnahkan.

Indikator Keberadaan Kini-kini
Jika banyak capung beterbangan di sekitar kolam, dipastikan terdapat kini-kini di kolam itu. Makin banyak capung beterbangan di lokasi, makin banyak pula populasi kini-kini.

Masa pergantian kulit (molting) kini-kini mirip proses perkembangan jenis udang-udangan. Pada saat ini kondisinya sangat lemah dan tubuhnya lunak. Kondisi seperti ini merupakan masa bahaya baginya dari serangan musuh. Alat pemangsanya pun tidak berfungsi. Saat berganti kulit ini ia akan mengalami pertambahan besar yang cepat, seakan-akan ia mengembang dan hari demi hari kulitnya akan mengeras. Begitu selanjutnya hingga ia mengalami pergantian kulit beberapa kali. Sisa kulit atau karapasnya itu biasanya terapung di permukaan kolam. Ini bisa menjadi indikator bahwa di kolam terdapat kini-kini.

Pengendalian
Kehadiran kini-kini di kolam benih ikan dapat dikendalikan sedini mungkin. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis, biologis maupun kimiawi. Pengendalian secara mekanis antara lain dengan mengendalikan perkembangbiakan induk, telur serta larva capung. Pengendalian biologis menekankan pada upaya pemeliharaan benih yang tahan atau bisa terhindar dari serangan kini-kini. Sementara pengendalian secara kimiawi umumnya dilakukan dengan pomberantasan menggunakan insektisida.

1, Pengendalian secara mekanis
Keberadaan capung di sekitar areal perkolaman umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, faktor ketersediaan makanan bagi capung dewasa dan kedua, faktor air sebagai media untuk peletakan telur dan membesarkan larva. Selain itu, tanaman semak dan perdu memudahkan capung untuk hinggap.
Untuk mengendalikannya, jagalah kebersihan pematang atau tanggul kolam baik dari rerumputan/semak maupun perdu. Usahakan rumput/semak di tanggul tidak terlalu tinggi. Kolam atau bak pemeliharaan benih yang berukuran kecil (< 50 ml) dapat ditutup dengan kain waring/jaring sehingga capung tidak bisa meletakkan telurnya ke dalam bak. Jika di dalam kolam ditemukan telur capung, langsung ciduk menggunakan seser atau serokan halus. Telur yang berhasil disero dibuang ke tanah dengan care mengempas-empaskan seser agar lendir yang menempel terlepas

Jika populasi kini-kini di kolam cukup banyak, lakukan perburuan. Memburu kini-kini lebih efektif jika dilakukan pada malam hari karena saat itu kini-kini lebih aktif, dan keberadaan manusia tidak mudah diketahui. Perburuan dilakukan memakai senter yang terang, baskom penampung yang diisi sedikit air dan seser halus sebagai penangkap. Untuk lebih mudahnya, gunakan senter yang ditaruh di kepala. Larva capung pada malam hari biasanya sering berada di sekitar dasar kolam atau tebing pematang dan jelas terlihat apabila air kolam tidak keruh, atau pada kolam beton.

2. Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis pada dasarnya memanfaatkan kelemahan kini-kini dan juga kelebihan benih ikan jenis tertentu.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa populasi kini-kini hanya sedikit di kolam pemeliharaan benih ikan yang memiliki pertumbuhan relatif cepat, gerakan berenang aktif, suka memakan ape saja (omnivore) seperti ikan mas dan nila atau pe-
makan hewan-hewan renik (karnivora) seperti lele dumbo. Hal ini kemungkinan karena populasi kini-kini terdesak oleh populasi benih ikan di mana ukuran benih ikan lebih cepat besar dibanding kini-kini sehingga sulit untuk dimangsa. Sebaliknya, banyak ditemukan kini-kini pada kolam pemeliharaan benih gurami yang pertumbuhannya lambat, pemakan tumbuhan (herbivore), serta gerakan berenangnya kurang aktif.

Ukuran benih gurami rata-rata kalah besar dibanding kini-kini, sehingga wajar bila benih gurami mudah dimangsa. Apalagi pada malam hari (saat kini-kini aktif mencari makan), benih gurami sangat jinak berenang di sekitar permukaan air, sehingga mudah dimangsa. Selain itu, meski perlu pengamatan lebih jauh, ada kecenderungan bahwa benih yang berwarna terang lebih disenangi kini-kini dibanding yang berwarna gelap.
Semakin besar ukuran benih ikan, semakin bebas benih itu dari gangguan kini-kini. Namun terbatasnya tempat dan biaya, membuat larva ikan harus segera ditebarkan ke kolam. Semakin cepat larva ikan ditebarkan ke kolam, semakin kecil ukurannya. sehingga menjadi mangsa yang mudah disantap kini-kini. Untuk itu ada baiknya benih yang ditebar di kolam adalah benih yang berukuran lebih besar. Benih yang masih kecil sebaiknya dipelihara lebih lama di dalam wadah tertutup (bak beton permanen, bak fiberglass atau akuarium) dengan pemberian pakan yang berkualitas seperti kutu air, cacing sutera dan artemia, sehingga pertumbuhannya cepat dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat.

Untuk benih gurami yang pertumbuhannya lambat akan lebih aman ditebar dengan sistem mutasi/pindah dari kolam yang satu ke kolam lainnya setiap 15 hari. Kelihatannya lebih merepotkan tetapi relatif menjadi lebih amen.

3. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida (racun se- -
rangga) merupakan cara terakhir untuk memberantas kini kini. Penyemprotan pertama dilakukan sebelum benih ditebar dan penyemprotan susulan dilakukan setelah benih ditebar. Penyemprotan susulan ini sifatnya optional (hanya dilakukan jika populasi kini-kini sangat banyak) dan dilakukan secara hati-hati. Sebab, pada saat penyemprotan susulan kolam telah berisi benih ikan. Dilemanya, dosis penyemprotan terlalu rendah tidak akan mematikan kini-kini. Sebaliknya, jika dosis dinaikkan, benih ikan ikut mati. Ada yang menyarankan, penyemprotan susulan tidak dilakukan. Sebagai gantinya, dilakukan pemberantasan secara mekanis yakni dengan menangkapi kini-kini menggunakan tangan/serer dan kemudian memusnahkannya. Meski lebih merepot namun lebih aman bagi kelangsungan hidup benih ikan.


Jenis insektisida yang sering digunakan pembenih adalah Ripcord 50 EC dengan dosis 4 cc untuk 1 m3 air kolam. Kondisi air kolam dibiarkan tergenang agar daya racun tidak berkurang. Dosis ini adalah untuk penyemprotan pertama sebelum larva ikan ditebarkan. Penyemprotan dilakukan menjelang Siang hari pada saat terik matahari jangan menyemprot pada saat hujan karena akan sia-sia. Pada saat penyemprotan, aliran air masuk dan air keluar ditutup. Insektisida yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam tangki handsprayer lalu diencerkan dengan air. Selanjut nya disemprotkan secara merata ke permukaan kolam. Jika tidak ada handsprayer, dapat juga menggunakan baskom dan larutan insektisida dengan cara dipercik-percikkan secara merata ke seluruh permukaan kolam.
sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008


Demikianlah Artikel Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan

Sekianlah artikel Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan dengan alamat link https://beternak-ikan-sukses.blogspot.com/2012/10/kini-kini-larva-capung-predator-benih.html

0 Response to "Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.